Curugbarong. Bogor |
Sebelum entry Leuwihejo-Curugbarong, saya ucapkan terima kasih kepada Mbak JM (Klik Sini Blognya) yang telah ngasih saya kartu pos dari Thailand. Sempat-sempatnya Mbak JM kirim kartu pos ke Bogor dari Thailand. Semoga Mbak JM ada dalam keadaan sehat dan sukses selalu. Saya belum bisa membalas apa-apa untuk Mbak JM. Walaupun saya tahu Mbak JM ikhlas, tapi saya juga ingin membalas kebaikan Mbak JM. Tunggu saja balasan saya ya Mbak JM.
Ok. Saya lanjutkan cerita sesuai judul.
Saya melakukan susur sungai Leuwihejo-Curugbarong pada tanggal 7 Pebruari 2015 tidak sendirian, tapi rame-rame dengan komunitas Backpacker Indonesia (BPI). Gabungan member BPI Chapter Bogor dan BPI 8. Asyik juga jalan rame-rame dengan orang-orang yang sebagian besar belum saya kenal. Peserta yang ikut sekitar 30 orang, kurang lebih lah. Lupa ngak lihat absensi di panitia..hehe. Ketua kegiatan ini adalah Mas Subekti.
Jam 8.00 WIB pagi, semua peserta, baik yang dari Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi dan Bogor berkumpul di Mepo di dekat deler mitsubishi di perempatan Nangewer/Sentul. Saya sendiri dan istri tidak ikut kumpul di Mepo, tapi nunggu rombongan di dekat pintu masuk JungleLand. Jauh dari rumah saya kalau ke Mepo dulu.
Leuwihejo-Curugbarong terletak di desa Karangtengah kecamatan Babakanmadang kab. Bogor. Jalan menuju desa Karangtengah adalah tepat di depan pintu masuk JungleLand Sentul City, tinggal belok kanan arah gunung pancar. Sekitar 1,5 km dari situ ada pertigaan Gunung Pancar, ambil belok kiri ke arah desa Karangtengah. Jangan ambil jalan yang lurus. Jalan yang lurus adalah ke Bumi Perkemahan dan pemandian air panas Gunung Pancar. Jarak dari pertigaan Gunung Pancar sampai ke desa karangtengah sekitar 12 km. Jalannya beraspal, lumayan bagus. Tapi harus hati-hati di beberapa titik ada jalan yang rusak dan agak licin. Mas Marta, salah satu perserta, bersama istri dan anaknya tergelincir di jalan yang licin. Kasihan anaknya jatuh dari motor dan bibirnya luka. Untung masih bisa melanjutkan perjalanan. Oh ya, sepanjang jalan menuju desa Karangtengah, pemandangan indah banget.
Seluruh peserta yang kesemuanya naik motor, tiba dengan selamat di starting point susur sungai Leuwihejo-Curugbarong, di rumah Pak RT di desa Karangtengah kec. Babakanmadang sekitar jam 10an. Sejam lebih naik motor bonceng istri lumayan gempor juga ternyata. Dari rumah Pak RT inilah, lokasi susur sungai dimulai. Jalan kaki. Motor diparkir di rumah Pak RT. Biaya parkir motor, titip jaket, helm, dan barang2 yang ngak dibawa ke lokasi susur sungai, termasuk pinjam kamar mandi untuk ganti baju, dll, tarifnya Rp10.000,-/orang. bayar ke Pak RT. Murah.
Tiba di Rumah Pak RT. Istirahat sebentar. Kita pisahin barang-barang yang mau dibawa susur sungai Leuwihejo-Curugbarong dengan barang-barang yang tidak perlu dibawa. Barang yang tidak dibawa dititip di rumah Pak RT. Sesuai arahan ketua rombongan, Mas Bekti dan Om Dedih, saya hanya bawa makanan, HP, dompet dan kamera saja. Semuanya dibungkus keresek sebelum di masukin tas. Takut kebasahan. Barang lainnya dititip di rumah Pak RT. Oh ya payung Pink punya istri dibawa juga, takut kehujanan di sungai..hehe.
Diawali dengan doa bersama, jam 11an acara jalan kaki susur sungai dimulai. Cuaca waktu itu mendung-mendung syahdu. Masuk ke Leuwihejo-Curugbarong ternyata tidak gratis. tapi harus bayar Rp10.000,-/orang. Tiket masuk dikelola secara swadaya masyarakat. Bayaran tiket masuk dan uang parkir motor di Pak RT dikoordinir oleh Ketua rombongan.
Setelah sekitar setengah jam jalan menyelusuri pematang sawah, menyelusuri sungai dan jalan setapak, Kami tiba di spot 1 Leuwihejo. lumayan rame pengunjung di leuwihejo. Warung juga banyak. Sayang leuwihejo ternyata bukan target utama kami. Susur sungai dilanjutkan menuju spot kedua, Curugbarong. Kata ketua rombongan, Leuwihejo dinikmati nanti, terkahir sambil pulang. Ok lah kalo begitu, saya ngikut Pak Ketua saja.
Perjalanan dilanjutkan. Pemimpin terdepan perjalanan Leuwihejo menuju Curugbarong kembali diambil alih Mbak Tyas si baju kuning. Jalan punya jalan menyelusuri jalan setapak pinggir sungai, terus mandek. Waduh...pimpinan kita Mbak Tyas si baju kuning rupanya salah jalur. Untung belum jauh Mbak....hadeuuhhhh. Pemimpin perjalanan diganti sama Mas Marta. Alhamdulillah Mas Marta membawa rombongan ke jalur yang benar.
Jalur susur sungai Leuwihejo-Curugbarong ternyata cukup sulit dan sedikit membahayakan. Naik bukit, turun bukit, masuk sungai, naik tebing, panjat batu, rendem badan, apalagi ya ? Pokoknya susah, tapi asyik banget. Sumpah.
Hampir satu jam, rombongan baru sampai di Curugbarong dari Leuwihejo. Satu jam yang sangat seru dan mengasyikan. Curugbarong memang indah banget. Kami lebih satu jam menikmati keindahan curug ini. Sambil istirahat. Sempat makan roti berdua dengan istri di sini. Nikmatnya makan roti waktu itu. Udara yang segar dan sejuk, perut yang lapar, pemandangan alam yang indah dan romantis, kombinasi sempurna yg membuat roti menjadi nikmat. Padahal cuma makan roti sama biskuit doang.
Pengunjung Curugbarong waktu itu, ternyata lumayan banyak. Padahal saya ngak lihat ada pengunjung lain selama perjalanan susur sungai menuju Curugbarong. Ternyata ada jalur singkat dari Leuwihejo ke Curugbarong tanpa harus susah-susah menyusuri sungai. Pulangnya nanti kami lewat situ kata Ketua rombongan.
Satu jam kemudian perjalanan dilanjutkan. Targetnya 2 Spot sekaligus : Leuwicipeut dan Leuwilieut. Belepotan deh baca 2 tempat ini. Ternyata dari semua rombongan yang ikut, termasuk ketua, belum ada yang pernah mengunjungi 2 Spot ini. Asyik. Bisa tersesat rame-rame..hehe. Mas Marta dan Mas Gading, jadi pemimpin jalur ini. Mbak Tyas si baju kuning, jadi pendamping saja.
Jalur ini diawali dengan jalur darat. Menyelusuri jalan setapak yang sudah ada. Naik bukit yang tinggi banget. Terus turun bukit yang curam banget. Jalan setapaknya sangat kecil dan licin. Salah satu member sempat jatuh terguling di turunan bukit yang curam. Untung nimpah member yang lain. Ngak jadi deh guling sampai ke sungai...hehe.
Setengah jam lebih kami melewati jalur ini, akhirnya sampai juga di Leuwicipeut. Dari leuwicipeut ke Leuwilieut deket saja. Tapi perlu melewati palung sungai yang dalam. Beberapa orang member yang tidak bisa berenang, tertahan di Leuwicipeut. Termasuk yang tertahan di leuwicipeut, istri saya dan Mbak Tyas si baju kuning. Ada juga 4 orang lainnya. Mereka ditemanin Mas Marta.
Hanya perlu waktu 15 menit saja dari Leuwicipeut untuk sampai ke Leuwilieut. Leuwilieut ini mirip Green Cayon di Pangandaran. Komunitas BPI Bogor memberi julukan Leuwilieut ini "Green Cayon Rasa Bogor"
Akhirnya, sampai jam 2 siang target mengunjungi 4 spot sukses ditaklukan. Sementara yang lain, menikmati indahnya Leuwilieut, saya cepat-cepat kembali ke Leuwicipeut. Khawatir istri ditinggalin di Leuwicipeut. Saya menyempatkan sholat Dzuhur di atas batu di sungai menuju balik ke Leuwieipeut di bawah rintik-rintik hujan gerimis. Nikmatnya sholat di alam terbuka. Alhamdulillah ya Allah telah meberikan nikmat kepada saya untuk bisa menikmati alam ciptaan-Mu yang indah ini.
Sekitar jam 14.30 WIB, rombongan kembali dari Leuwicipeut ke Leuwihejo. Jalur pulang ke Leuwihejo melewati jalur darat, tidak susur sungai lagi. Lebih cepat ternyata. hanya sejam saja dari Leuwicipeut, kami sudah sampai ke Leuwihejo. Karena hujan mulai turun rintik-rintik, saya tidak sempat menikmati Leuwihejo. Perjalanan langsung dilanjutkan. Kembali ke rumah Pak RT. Jalan bareng istri menyelusuri pinggir sungai, dibawah hujan rintik-rintik terasa indah banget. Tidak sia-sia bawa paayung pink. Payung pink berguna saat itu..hehe. Tiba di rumah Pak RT sekitar jam 16.00 WIB. Hujan deras turun ketika kami sampai di rumah Pak RT. Perjalanan selesai.
Setelah saya selesai ganti baju, menunaikan sholat Ashar, dan makan Pop Mie untuk sekedar ganjel perut, jam 17.00 WIB saya pun pamit pulang duluan. Mumpung hujan agak reda. Alhamdulillah sebelum maghrib sudah sampai rumah dengan selamat.
-selesai-
Saya melakukan susur sungai Leuwihejo-Curugbarong pada tanggal 7 Pebruari 2015 tidak sendirian, tapi rame-rame dengan komunitas Backpacker Indonesia (BPI). Gabungan member BPI Chapter Bogor dan BPI 8. Asyik juga jalan rame-rame dengan orang-orang yang sebagian besar belum saya kenal. Peserta yang ikut sekitar 30 orang, kurang lebih lah. Lupa ngak lihat absensi di panitia..hehe. Ketua kegiatan ini adalah Mas Subekti.
Jam 8.00 WIB pagi, semua peserta, baik yang dari Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi dan Bogor berkumpul di Mepo di dekat deler mitsubishi di perempatan Nangewer/Sentul. Saya sendiri dan istri tidak ikut kumpul di Mepo, tapi nunggu rombongan di dekat pintu masuk JungleLand. Jauh dari rumah saya kalau ke Mepo dulu.
Leuwihejo-Curugbarong terletak di desa Karangtengah kecamatan Babakanmadang kab. Bogor. Jalan menuju desa Karangtengah adalah tepat di depan pintu masuk JungleLand Sentul City, tinggal belok kanan arah gunung pancar. Sekitar 1,5 km dari situ ada pertigaan Gunung Pancar, ambil belok kiri ke arah desa Karangtengah. Jangan ambil jalan yang lurus. Jalan yang lurus adalah ke Bumi Perkemahan dan pemandian air panas Gunung Pancar. Jarak dari pertigaan Gunung Pancar sampai ke desa karangtengah sekitar 12 km. Jalannya beraspal, lumayan bagus. Tapi harus hati-hati di beberapa titik ada jalan yang rusak dan agak licin. Mas Marta, salah satu perserta, bersama istri dan anaknya tergelincir di jalan yang licin. Kasihan anaknya jatuh dari motor dan bibirnya luka. Untung masih bisa melanjutkan perjalanan. Oh ya, sepanjang jalan menuju desa Karangtengah, pemandangan indah banget.
Seluruh peserta yang kesemuanya naik motor, tiba dengan selamat di starting point susur sungai Leuwihejo-Curugbarong, di rumah Pak RT di desa Karangtengah kec. Babakanmadang sekitar jam 10an. Sejam lebih naik motor bonceng istri lumayan gempor juga ternyata. Dari rumah Pak RT inilah, lokasi susur sungai dimulai. Jalan kaki. Motor diparkir di rumah Pak RT. Biaya parkir motor, titip jaket, helm, dan barang2 yang ngak dibawa ke lokasi susur sungai, termasuk pinjam kamar mandi untuk ganti baju, dll, tarifnya Rp10.000,-/orang. bayar ke Pak RT. Murah.
Peserta yang kumpul di Mepo sedang diberikan arahan sebelum berangkat. Berdoa mulai... |
Motor Mas Marta tergelincir di spot jalan menuju Desa Karangtengah yang licin. Awaliah, anaknya Mas Marta bibirnya luka. Kasihan. |
Parkir motor di halaman rumah Pak RT di desa Karangtengah. Lumayan luas halaman rumah Pak RT. Bisa nampung motor lebih dari 50 biji. |
Tiba di Rumah Pak RT. Istirahat sebentar. Kita pisahin barang-barang yang mau dibawa susur sungai Leuwihejo-Curugbarong dengan barang-barang yang tidak perlu dibawa. Barang yang tidak dibawa dititip di rumah Pak RT. Sesuai arahan ketua rombongan, Mas Bekti dan Om Dedih, saya hanya bawa makanan, HP, dompet dan kamera saja. Semuanya dibungkus keresek sebelum di masukin tas. Takut kebasahan. Barang lainnya dititip di rumah Pak RT. Oh ya payung Pink punya istri dibawa juga, takut kehujanan di sungai..hehe.
Diawali dengan doa bersama, jam 11an acara jalan kaki susur sungai dimulai. Cuaca waktu itu mendung-mendung syahdu. Masuk ke Leuwihejo-Curugbarong ternyata tidak gratis. tapi harus bayar Rp10.000,-/orang. Tiket masuk dikelola secara swadaya masyarakat. Bayaran tiket masuk dan uang parkir motor di Pak RT dikoordinir oleh Ketua rombongan.
Jalan setapak menuju lokasi. Indah pemandangannya. |
Melewati pematang sawah dipimpin oleh Mbak Tyas berbaju kuning. |
Melintasi Sungai. Posisi Mbak Tyas, sebagai pemimpin mulai tergantikan..hehe. |
Selamat Datang di Leuwihejo. Sudah capek melintasi sawah dan sungai, baru ketemu selamat datang. Jauh amat naruh gapuranya Pak.... |
Spot 1 Leuwihejo. Banyak warung. Yang kecapean dan kelaparan cocok istirahat di sini sambil makan. |
Setelah sekitar setengah jam jalan menyelusuri pematang sawah, menyelusuri sungai dan jalan setapak, Kami tiba di spot 1 Leuwihejo. lumayan rame pengunjung di leuwihejo. Warung juga banyak. Sayang leuwihejo ternyata bukan target utama kami. Susur sungai dilanjutkan menuju spot kedua, Curugbarong. Kata ketua rombongan, Leuwihejo dinikmati nanti, terkahir sambil pulang. Ok lah kalo begitu, saya ngikut Pak Ketua saja.
Perjalanan dilanjutkan. Pemimpin terdepan perjalanan Leuwihejo menuju Curugbarong kembali diambil alih Mbak Tyas si baju kuning. Jalan punya jalan menyelusuri jalan setapak pinggir sungai, terus mandek. Waduh...pimpinan kita Mbak Tyas si baju kuning rupanya salah jalur. Untung belum jauh Mbak....hadeuuhhhh. Pemimpin perjalanan diganti sama Mas Marta. Alhamdulillah Mas Marta membawa rombongan ke jalur yang benar.
Jalur susur sungai Leuwihejo-Curugbarong ternyata cukup sulit dan sedikit membahayakan. Naik bukit, turun bukit, masuk sungai, naik tebing, panjat batu, rendem badan, apalagi ya ? Pokoknya susah, tapi asyik banget. Sumpah.
Kesasar di jalur Leuwihejo-Curugbarong. Walaupun tersesat, foto-foto tetep harus. |
Jalur susur sungai Leuwihejo-Curug barong yang terlewati. Air sungai yang jernih dan air terjun kecil yang banyak sepanjang aliran sungai. Indah banget. Seger banget. |
Istirahat dulu. Sampai titik ini, saya dan istri belum buka roti. Masih kuat. |
Naik tebing sungai. Terjal bener nih tebing. Hanya beberapa orang yang berhasil lewat sini. Sisanya termasuk saya, lewat tebing yang tidak terlalu tajam. Takut jatuh. |
Pemandangan indah dari atas tebing. Curam banget. |
Tiba di Spot 2 Curugbarong. Capek sepanjang perjalanan terbayar juga. Curugbarong tidak terlalu tinggi, tapi warna air yang kehijauan yang membuat air terjun ini indah. |
Hampir satu jam, rombongan baru sampai di Curugbarong dari Leuwihejo. Satu jam yang sangat seru dan mengasyikan. Curugbarong memang indah banget. Kami lebih satu jam menikmati keindahan curug ini. Sambil istirahat. Sempat makan roti berdua dengan istri di sini. Nikmatnya makan roti waktu itu. Udara yang segar dan sejuk, perut yang lapar, pemandangan alam yang indah dan romantis, kombinasi sempurna yg membuat roti menjadi nikmat. Padahal cuma makan roti sama biskuit doang.
Pengunjung Curugbarong waktu itu, ternyata lumayan banyak. Padahal saya ngak lihat ada pengunjung lain selama perjalanan susur sungai menuju Curugbarong. Ternyata ada jalur singkat dari Leuwihejo ke Curugbarong tanpa harus susah-susah menyusuri sungai. Pulangnya nanti kami lewat situ kata Ketua rombongan.
Curugbarong. Abaikan orang yang tidak pakai baju yang sedang loncat itu. Dia bukan rombongan kami...hehe |
Anggota dan Ketua rombongan yang ceria. Saya ngak ada uy. |
Satu jam kemudian perjalanan dilanjutkan. Targetnya 2 Spot sekaligus : Leuwicipeut dan Leuwilieut. Belepotan deh baca 2 tempat ini. Ternyata dari semua rombongan yang ikut, termasuk ketua, belum ada yang pernah mengunjungi 2 Spot ini. Asyik. Bisa tersesat rame-rame..hehe. Mas Marta dan Mas Gading, jadi pemimpin jalur ini. Mbak Tyas si baju kuning, jadi pendamping saja.
Jalur ini diawali dengan jalur darat. Menyelusuri jalan setapak yang sudah ada. Naik bukit yang tinggi banget. Terus turun bukit yang curam banget. Jalan setapaknya sangat kecil dan licin. Salah satu member sempat jatuh terguling di turunan bukit yang curam. Untung nimpah member yang lain. Ngak jadi deh guling sampai ke sungai...hehe.
Setengah jam lebih kami melewati jalur ini, akhirnya sampai juga di Leuwicipeut. Dari leuwicipeut ke Leuwilieut deket saja. Tapi perlu melewati palung sungai yang dalam. Beberapa orang member yang tidak bisa berenang, tertahan di Leuwicipeut. Termasuk yang tertahan di leuwicipeut, istri saya dan Mbak Tyas si baju kuning. Ada juga 4 orang lainnya. Mereka ditemanin Mas Marta.
Hanya perlu waktu 15 menit saja dari Leuwicipeut untuk sampai ke Leuwilieut. Leuwilieut ini mirip Green Cayon di Pangandaran. Komunitas BPI Bogor memberi julukan Leuwilieut ini "Green Cayon Rasa Bogor"
Pemandangan indah dari atas bukit di jalur Curugbarong-Leuwicipeut. Awesome view. |
Spot 3 Leuwicipeut. Dalam dan deras arus sungai di leuwicipeut. Yang ngak bisa berenang, ngak bisa lewatin tantangan ini. Orang-orang yang di belakang itu lah yang tertinggal di Leuwicipeut. |
Berjuang melewati palung leuwicipeut. Pada kedinginan nih orang-orang. Emang air sungainya dingin. |
Mereka yang berhasil melewati palung Leuwicipeut. Melanjutkan susur sungai ke spot terakhir, Leuwilieut, dengan sisa-sisa tenaga dan keceriaan yang ada. |
Spot 4 Leuwilieut. Sungainya kelihatan mentok. Aliran air ke leuwilieut ternyata datangnya dari pinggir tebing. Ngak kelihatan. |
Leuwilieut yang airnya hijau dengan tebing curam kanan-kiri sungainya. Mirip Green Cayon Pangandaran ngak ? |
Sebagian dari kami yang berhasil menaklukan sampai spot terkahir, Leuwilieut. Selamat untuk kami. Terima kasih BPI 8. Terima kasih BPI Chapter Bogor. |
Sekitar jam 14.30 WIB, rombongan kembali dari Leuwicipeut ke Leuwihejo. Jalur pulang ke Leuwihejo melewati jalur darat, tidak susur sungai lagi. Lebih cepat ternyata. hanya sejam saja dari Leuwicipeut, kami sudah sampai ke Leuwihejo. Karena hujan mulai turun rintik-rintik, saya tidak sempat menikmati Leuwihejo. Perjalanan langsung dilanjutkan. Kembali ke rumah Pak RT. Jalan bareng istri menyelusuri pinggir sungai, dibawah hujan rintik-rintik terasa indah banget. Tidak sia-sia bawa paayung pink. Payung pink berguna saat itu..hehe. Tiba di rumah Pak RT sekitar jam 16.00 WIB. Hujan deras turun ketika kami sampai di rumah Pak RT. Perjalanan selesai.
Setelah saya selesai ganti baju, menunaikan sholat Ashar, dan makan Pop Mie untuk sekedar ganjel perut, jam 17.00 WIB saya pun pamit pulang duluan. Mumpung hujan agak reda. Alhamdulillah sebelum maghrib sudah sampai rumah dengan selamat.
-selesai-
Oh ya, foto-foto di entry ini sebagian besar koleksi BPI 8 dan BPI Chapter Bogor. Terima kasih untuk BPI 8 dan BPI Chapter Bogor.
BPI Bogor ditunggu trip berikutnya ya.
BPI Bogor ditunggu trip berikutnya ya.
wah....ada poskad dari JM
ReplyDeleteIya Pak Lim. Mbak JM memang selalu kasih saya hadiah, pernah dapat oleh-oleh dari Jepun, Kamboja juga. Saya malah belum pernah kasih Mbak JM apa-apa.
DeleteYang penting JM ikhlas....yang penting hubungan terjalin antara dua benua...
DeleteBetul tuh Pak Lim. Silaturahmi itu yang penting.
Deleteabe MKL jgn jelzz tau hihihhi
DeleteSaya suka sungai...best.
ReplyDeleteDulu waktu di kampung main air di sungai sudah biasa. sekarang mesti bayar..hehe.
DeleteItu yang tak best...sungai pun kena bayar.
DeleteNothing is free....
DeleteKalau tempat sudah mulai dikenal dan sudah mulai banyak yang mengunjungi, yang tadinya free jadi harus banyar. Mungkin untuk membangun fasilitas toilet dan kamar mandi, merapikan track, dan sebaginya. entahlah.
DeleteBest dapat poskad dari Mbak JM ya Bang Gunadi! Kamu tahu kan tempat seperti ini sememangnya menjadi kegemaran saya. Cantik sekali pemandangannya ya!
ReplyDeleteJom melancong ke Bogor Bang Pojie. kita main air di sungai sepuasnya...hehe.
DeleteMas Gunadi..kalau JM ke Bogor boleh jadi my tour guide ngak?
DeleteInsha Allah Mbak JM, nanti saya jadi tour guide kalo Mbak JM melancong ke Bogor. saya tunggu kedatangan Mbak JM..hehe..
DeleteWahh... serombongan banyak banget :-D
ReplyDeleteTempatnya keren mas, ada kayak Canyon-nya itu... Airnya juga bening haaa..
Selain itu yg aku lihat adalah kebersamaan saat nyeberang sungai, joss...
Ups ada lagi, ternyata anak BPI toh :-) Aku juga kadang kumpul sama tmn BPI Reg Jogja mas :-)
ini kali pertama saya jalan bareng anak-anak BPI mas Rullah, kadang jalan rame-rame menyasyikan juga. Salam sama anak BPI Jogja.
DeleteItu Leuwicipeut mirip ama Green Canyon. Bisa naik kapal juga gak? *pertanyaan dari orang yang gak bisa berenang.. :D
ReplyDeleteKe Leuwicipeut ngak bisa naik perahu Mbak Dee. Banyak batunya. Kesana juga ngak perlu renang banget. cuma satu spot yang agak dalam yang harus dilewati. bisaa digendong sama orang yang mahir renang..hehe.
Deleteooom gun, itu rombongan jemaah haji yak.. *ditabok om gun*
ReplyDeleteemank yg namax jalan2 bareng komunitas itu sensasix kok WAW bgt ya, gw aja klo diajak sama komunitas dikota gw jalan2 ga pernah nolak walaupun dikatain rombongan jemaah haji.. :D
xixixi... ini bukan rombongan haji tapi rombongan pengantin sunat..hadeeuuhhh.
DeleteSeru Lho Mas jalan rame-rame. Aku juga baru kali ini saja jalan serame ini. ketagihan..hehe
Agak mencabar laluannya...kalau saya mungkin tidak dapat sampai destinasi terakhirnya... Berbelit lidah saya nak menyebut tempat-tempat yang mas Gunadi nyatakan... hehe
ReplyDeleteIni memang destinasi khusus anak muda Pak Mie..hehe. Tapi saya yakin Pak Mie sanggup lah sampai spot 4.
DeleteJangankan Pak Mie, saya yang orang sunda saja masih berbelit kalo baca tempat-tempat ini.
Impian harap dapat jumpa anda di Bogor suatu hari nanti...
ReplyDeletePak Lim kalau ke Bogor, jangan lupa beri tahu saya ya.
Deleteabe MKL...nk ikut!!!!
DeleteSaya pun berharap suatu hari nanti bisa bertemu dengan Pak Lim sekeluarga dan Mak JM juga.
Deletesalam kenal...
ReplyDeletewahh.. adventure ya...
Salam kenal Kak Azian. tak terlalu adventure lah. cocok buat pemula seperti saya dan istri.
DeleteKalau berwisata dan bermain air itu suka ngga mau pulang kepengen terus-terusan aja main di air hahaha
ReplyDeleteDingin atuh Teh Ai terus terusan main air mah..bisa kram dong..hehe.
ReplyDeletekeren!!sayang sekali tempohari saya tdk kesempatan ke sini huhuhu
ReplyDeleteKeren banget kan Mbak Zilla...hehe. Kapan-kapan Mbak Zilla kalau lagi ke Jakarta, boleh sempatkan ke sini. dekat saja kok.
DeleteWaduhhh... enak sekali... belum pernah saya sampai ke tempat2 yang begini jauh ke dalam dalam... sampai sebegitu enak air nya.... bagus juga untuk rekriasi hujung minggu
ReplyDeleteKadang semakin jauh ke dalam semakin banyak sesuatu yang indah dan keren bang Najib. Asal kuat jalan saja...
DeleteWew, cempungable banget ini lagunanya :)
ReplyDeletebetul banget tuh mas Adie, memang cemplungable banget. makanya ngak bisa bawa HP, dompet, dll kecuali dibungkus plastik.
Deletewah seru"annya keren mas gunadi pengen ikutan njegurr juga hehe...
ReplyDeleteMas angki kalo ke sana silahkan Njegur sepuasnya, emang tempatnya Njeguriable banget...hehe.
Deletewah mas ternyata udah rame bgt yaa, terakhir saya kesana saungnya belum sebanyak itu dan bayarnya masih 5000
ReplyDeleteIya dah mulai komersil. Sebenarnya yg bikin lokasi ini terkenal ya para backpacer juga awalnya. Tapi selama buat kesejahteraan masyarakat sekitar, tuh lokasi dikomersilkan juga ngak apa-apa kan Mas Dede ?
ReplyDeleteWatap ke saya saja mas Redy 08128356338 nanti di add ke WA group BCB.
ReplyDelete