Peta Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) sumber: Google |
Berbekal Surat Perintah Tugas (SPT) dari Bos untuk melihat tanaman mangrove ke Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) bersama teman-teman, maka ekspedisi pun dimulai. Tugas seperti ini yang saya suka. Menjelajah Pulau-pulau tanpa penghuni, masih alami, dan jarang terjamah aktivitas manusia. So alamnya terasa indah banget tentunya. Taman Nasional Ujung Kulon seluas 120ribuan ha lebih adalah salah satu Taman Nasional tertua di Indonesia yang merupakan habitat Badak Bercula Satu. Salah satu binatang yang dilindungi dan hampir punah. Tentang TNUK, secara detil cari saja di Wikipedia. malas copas di sini..hehe.
Setelah koordinasi dan mengurus segala sesuatu yang perlu diurus di kantor Balai TNUK di Labuan, Kabupaten Pandeglang Propinsi Banten, akhirnya tim ekspedisi didampingi beberapa petugas dari Balai TNUK berangkat jam 10 pagi dari pelabuhan Marina pantai Carita menggunakan speedboat milik Balai TNUK. Tujuan pertama yaitu ke Pulau Panaitan untuk melihat tanaman Mangrove baik yang sudah tumbuh secara alami maupun tanaman mangrove yang baru ditanam. Jarak dari pelabuhan Marina Pantai Carita ke Pulau Panaitan kurang tahu persisnya. Yang jelas waktu tempuhnya mencapai 3 jam lebih. Perjalanan yang jauh, panas, cape, bikin kepala pusing dan perut sedikit mual..hehe. Maklum ombak lumayan besar dan angin lumayan kencang selama perjalanan.
The Speedboat. Kecil-kecil speedboat ini larinya kencang banget. Speedboat ini normalnya hanya muat 10 orang tapi kalau dipaksakan muat juga 15 orang. |
The Team. 3 orang dari kantor saya, 3 orang petugas Balai TNUK, 1 orang Kapten Kapal dan 2 orang Anak Buah Kapal (ABK) |
The Captain. Yang saya heran kenapa kaptennya tua bangeeettt ya ?? mana nyetir kapal suka sambil ngantuk lagi..hehe. Beliau ini sudah 10 tahun pensiun tapi masih eksis juga. Belum ada gantinya kali. |
Tiba di Dermaga Pulau Panaitan di Legon Butun sekitar jam 12.00 siang. Muka kusut, rambut acak-acakan, panas minta ampun..deh. |
Plang TNUK di Legon Butun Pulau Panaitan. |
Banyak biawak jinak di belakang dapur Mes TNUK di Legon Butun Pulau Panaitan. Sedang cari makanan kali. |
Melanjutkan perjalanan dari Legon Butun ke lokasi mangrove di Tanjung Waton dengan perahu jukung. Speedboat ngak bisa ke lokasi yang lebih dangkal. |
Perlu jalan kaki sejauh 2 km ke lokasi mangrove di Tanjung Waton. Jalan menelusuri pinggir pantai yang panas bikin muka kebakar...hadeuuhh. Untung pemandangan memang indah banget. |
Perahu nelayan terdampar ?? Ngak tahu kemana perginya nalayan yang punya perahu ini. |
Pohon kena abrasi. |
Hutan mangrove yang umurnya sudah tua. Jenis Mangrove ini adalah R. Stylosa yang pendek-pendek pohonnya walaupun sudah ratusan tahun. |
Ini bukan jalan lho. Ini anak sungai. Kebetulan sedang surut jadi ngak terlalu tergenang. |
Tiba di Pantai Tanjung Waton Pulau Panaitan TNUK. |
Tanaman Mangrove yang baru ditanam 6 bulan lalu di Tanjung Waton. |
10 bibit mangrove yang ditanam, hanya hidup beberapa saja. |
Istirahat sejenak. Cape, haus, lapar, panas.... kombinasi yang sempurna..hehe. |
Anggota Tim yang lain sudah di depan. Aku masih di belakang menikmati indahnya Pantai di Pulau Panaitan yang jarang diinjak manusia ini. |
Akhirnya, Pulau Panaitan kami tinggalkan pada waktu senja hari yang indah. |
Menuju pulau Peucang untuk menginap di sana dan untuk ekspedisi selanjutnya. |
Wah di pulau sekecil itu ada badak...Tapi bagaimana kita mahu pastikan badak tersebut tidak menjadi mangsa pemburuan haram. Tentu agak sukar kan Mas Gunadi...
ReplyDeleteItulah Pak Mie, Badak di Pulau Panaitan sudah lama punah karena ulah pemburu haram sejak dulu kala. Badak Jawa hanya tersisa sekitar 50 ekor saja di Taman Nasional Ujung Kulon yang berada di bagian Pulau Jawa saja.
DeleteWahh...senang aja tuganya Ms...perlu pergi melihat tanaman mangrove je heeee..siapa yg tanam..utk apa tanaman tu..kalau pana2 gini JM mmg x sanggup nk redah...terbakar muka..sebulan belum tentu hilang..skrg ni pun ngak ada yg bisa ngorat..kalau dah mcm udang terbakar mesti ngak ada yg pandang heheeheh
ReplyDeleteMangorve itu sengaja ditanam oleh orang Taman Nasional Ujung Kulon untuk rehabilitasi kawasan hutan konservasi Mbak JM.
DeleteIya ya Mbak JM kan putih, kalau kepanasan mesti mukanya kayak udang terbakar..hehe. Tapi ngak apa-apa yang penting Mbak JM tetap cantik lah..
Naik speed itu jalannya loncat2 di atas air nggak Mas?
ReplyDeleteOiya Mas, saya belum nemu jalan praktisnya tentang blog saya. Jalan manualnya, masuk menu template, edit My Blog List (Blog yang saya ikuti), Tambahkan ke daftar, Tambahkan menurut URL, dan diisi ini,
Deletehttps://www.blogger.com/feeds/4563762881035917099/posts/default
Bingung juga saya Mas nyari caranya biar bisa otomatis. Masih belajar. Hehehe... :D
ya iya lah Mas Indra jalannya pasti loncat-loncat banget..soalnya speedboatnya kecil ombaknya besar kecepatannya penuh...pening kepala..hehe.
DeleteOk.. nanti saya coba lagi tambahkan ke daftar..mudah2an berhasil. Makasih tipsnya.
Tugas yang menyenangkan... Bisa sekalian jalan-jalan...
ReplyDeleteSesutau banget lah Mbak Dee...hehe. Karena setiap perjalanan selalu bermakna bagi orang yang dapat memaknainya..dan selalu menyenangkan bagi orang yang bisa menikmatinya.
Deletewah..best le.....biawak ganas tak ?
ReplyDeletePenat tapi best Pak Lim. Biawak itu tak ganas. Sudah terbiasa dengan kedatangan manusia barangkali.
Deletebener-bener di ujung yah :(
ReplyDeletesaya baru sampe Pulau Umang aja, itu aja perjalanan darat udah pegel banget pantatnya :))
tapi pengen banget sih ke sini, pantaaiinya baguss
Ya memang bener-bener di Ujung Barat Pulau Jawa lah Mbak Mei, namanya juga Ujung Kulon..hehe.
DeleteKalau ke Pulau Umang via darat ke Sumur dulu memang gempor lah Mbak Mei, jalannya jauh dan jelek. Saya malah belum pernah ke Pulau Umang, maklum Pulau Umang kan resort Wisata jadi bayar mahal..hehe.